Panen Lentera Jaya – Di tengah-tengah keindahan alam Bali dan kebudayaan yang kaya, Dewi Sri memegang peranan penting sebagai dewi padi dan kesuburan. Dalam mitologi Hindu Bali, Dewi Sri dipercaya sebagai pelindung tanaman padi, yang menjadi makanan pokok masyarakat Bali. Ia sering digambarkan sebagai sosok yang cantik, dengan atribut padi di tangannya, sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.
Bali memiliki berbagai jenis minuman tradisional yang kaya rasa dan budaya. Dua minuman khas yang terkenal adalah Dewi Sri Arak Bali dan Brem Bali, yang keduanya memiliki hubungan erat dengan kehidupan sehari-hari dan ritual keagamaan masyarakat Bali.
Sumber: instagram.com/arakbrembalidewisri
Perusahaan Dewi Sri adalah produsen profesional arak beras Bali dan minuman beralkohol beras. Didirikan pada tahun 1968, perusahaan Dewi Sri memproduksi Arak tradisional dan Brem Bali, terbuat dari beras yang difermentasi. Arak beras dan minuman beralkohol Dewi Sri biasa ditemukan pada upacara keagamaan dan di meja masyarakat lokal.
Pada tahun 1968, I.B. Gotama, penduduk asli Sanur dan keturunan keluarga terkemuka, memutuskan untuk memulai pembuatan minuman Arak tradisional dan Brem Bali secara professional. I.B. Gotama mendirikan penyulingan profesional dan legal pertama di Bali. Selama lebih dari 40 tahun, perusahaan Dewi Sri membuat arak dan minuman beralkohol beras yang difermentasi di pabriknya yang terletak di jantung kota Sanur, tempat keluarga tersebut tinggal.
Nama perusahaan Dewi Sri ini untuk menghormati dewi padi, kesuburan, keberhasilan panen, serta kemakmuran dan keharmonisan keluarga, yang dirayakan dalam agama Hindu Bali sebagai penggabungan dari Lakshmi, Devi dan Shri.
Sumber: dewisri.biz
Arak Bali adalah minuman beralkohol tradisional yang terbuat dari fermentasi dan distilasi beras atau nira kelapa. Proses pembuatan arak melibatkan keterampilan khusus yang diwariskan turun-temurun, sehingga menghasilkan minuman dengan cita rasa khas. Berikut beberapa poin penting mengenai Arak Bali:
1. Bahan Baku
Arak Bali umumnya dibuat dari beras, nira kelapa, atau kombinasi keduanya. Fermentasi bahan baku ini menghasilkan alkohol yang kemudian didistilasi untuk mendapatkan arak murni.
2. Proses Pembuatan
Fermentasi berlangsung selama beberapa hari hingga minggu, tergantung pada bahan dan metode yang digunakan. Setelah fermentasi, cairan dipanaskan dalam alat distilasi tradisional untuk memisahkan alkohol.
3. Kegunaan
Selain diminum langsung, arak sering digunakan dalam upacara adat dan ritual keagamaan. Ia juga sering dicampur dengan bahan-bahan lain untuk membuat minuman koktail khas Bali.
Sumber: dewisri.biz
Brem Bali adalah minuman fermentasi beras yang memiliki cita rasa manis dan sedikit asam, berbeda dengan arak yang lebih kuat. Brem memiliki peranan penting dalam kebudayaan dan upacara Bali. Berikut adalah beberapa aspek utama tentang Brem Bali:
1. Bahan Baku
Brem terbuat dari beras ketan putih atau hitam yang difermentasi. Proses ini melibatkan mikroorganisme seperti ragi yang membantu mengubah gula menjadi alkohol.
2. Proses Pembuatan
Beras ketan yang telah dimasak dicampur dengan ragi dan didiamkan selama beberapa hari untuk proses fermentasi. Setelah fermentasi selesai, cairan hasil fermentasi dipisahkan dari padatan, dan jadilah brem.
3. Kegunaan
Brem sering digunakan dalam upacara keagamaan sebagai persembahan kepada para dewa. Selain itu, brem juga dikonsumsi sebagai minuman penyegar dan dalam bentuk manisan padat yang juga disebut brem.
Dalam kebudayaan Bali, Dewi Sri tidak hanya dipuja sebagai pelindung tanaman padi, tetapi juga dihormati dalam berbagai upacara dan ritual yang melibatkan hasil bumi, termasuk beras dan minuman tradisional. Upacara persembahan kepada Dewi Sri sering melibatkan sajian makanan dan minuman yang berasal dari padi, termasuk brem dan arak. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran Dewi Sri dalam menjaga keseimbangan dan kesuburan alam yang memberikan kehidupan dan kesejahteraan bagi masyarakat Bali.
Dewi Sri, arak Bali, dan brem Bali adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan budaya Bali. Dewi Sri melambangkan kesuburan dan kemakmuran, sementara arak dan brem Bali mewakili kekayaan tradisi kuliner dan ritual keagamaan. Dengan menghormati dan merawat warisan budaya ini, masyarakat Bali tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga memperkuat identitas mereka di tengah perubahan zaman.